abstract

Minggu, 25 Desember 2011

Al Hasan Ibn Al-Haytham (Bapak Optik Dunia dan Ahli Fisika Muslim)





              Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan ramai golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, perubatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekadar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, malah dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara serentak. .Ilmuan tersebut banyak melahirkan karya-karya besar yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia hingga sekarang.
              Terkhusus dalam bidang mekanisme penglihatan pada manusia yang menjadi dasar teori optik modern saat ini. Tak banyak yang mengetahui bahwa yang pertama kali menjelaskan tentang hal itu adalah seorang Ilmuan Muslim yang berasal dari Irak bernama Al Hasan Ibn Al Haytham dan dalam lidah orang barat sering disebut Alhazen.
              Ibn Al Haytham terlahir di Basrah, Irak sekitar tahaun 965 M/354 H. Di masa hidupnya beliau tercatat ahli fisika pertama dari kalangan muslim. Ibn al-Haytham memberikan kontribusi signifikan terhadap prinsip-prinsip optik, serta fisika, astronomi, matematika, oftalmologi, filsafat, persepsi visual, dan metode ilmiah. Dia juga dijuluki Ptolemaeus Secundus ("Ptolemy Kedua") atau hanya "Fisikawan" di Eropa abad pertengahan. Ibn al-Haytham menulis komentar-komentar mendalam pada karya-karya Aristoteles, Ptolemy, dan ahli matematika Euclid Yunani.
              Ibn al-Haytham dibesarkan dalam keluarga yang akrab dengan ilmu pengetahuan. Kecintaannya pada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir meneruskan pendidikan di Universitas Al-Azhar.
              Di negeri Fir’aun itu beliau melakukan penelitian mengenai aliran Sungei Nil. Selanjutnya , beliau juga membuat mesin untuk mengatur aliran Sungai Nil yang sering banjir dan menggenangi lahan pertanian rakyat.
              Ibn al-Haytham menulis Kitab Optika (Kitab Fi Al-Manasit) yamng memaparkan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk penglihatan manusia. Secara detail, beliau menjelasakan fungsi dari berbagai bagian mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa dan menjelaskan masing-masing begian dalam kegiatan penglihatan manusia.
              “Bapak Optik Dunia” itu mampu memecahkan rekor sebagai orang pertama yang berhasil menggambarkan secara detail dari organ-organ penglihatan manusia.
              Selain itu teori yang dilahirkannya mampu mematahkan teori penglihatanyang sebelumnya telah diajukan oleh ilmuan dari Yunani, Ptolemeus dan Euclid. Kedua ilmuan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada cahaya yang keluar dari mata  mengenai suatu objek. Ibn al-Haytham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah yang memantulkan cahaya yang kemudian ditangkap oleh mata sehingga bisa dilihat.
Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Beliau merupakan orang pertama yang menulis dan menemui pelbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, antaranya ialah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahaskan mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu al-Haytham, cahaya fajar bermula apabila mata-hari berada di garis 19 darjah di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata-hari berada di garis 19 darjah ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berjaya menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
              Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu al-Haytham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang saintis yang bernama Trricella mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemui kewujudan tarikan graviti sebelum Issaac Newton mengetahuinya.
              Ibn al-Haytahm juga mencetuskan teori lensa pembesar. Teori ini digunakan Para Ilmuan di Italia untuk membuat kaca pembesar pertama di dunia. Selain itu teori Ibn al-Haytham mengenai jiwa manusia sebagai rentetan perasaan yang bersambung, telah mengilhami Para Ilmuan Barat untuk mengahasilkan tayangan gambar bergerak. Teori ini telah membawa pada penemuan film gambar bergerak sebagaiman yang dapat kita saksikan saat ini.
            Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan falsafah amat banyak. Kerana itulah Ibnu al-Haytham dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan sehingga ke hari ini. Sesungguhnya barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam kerana tanpa mereka kemungkinan dunia Eropah masih diselubungi dengan kegelapan
              Karya-karya Ibn al-Haytham menjadi rujukan penting dalam bidang penelitian sains barat. Para Ilmuan Barat menyebutnya sebagai “ The Greatest Students Optics Of All Times” (Ilmuan Terbesar di Bidang Optik Sepanjang Masa).(fah mie)
             
Sumber: 99 Ilmuan Muslim Perintis Sains Modern
              www.ibnalhaytham.net
              wikipedia.org
             
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar