Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah
melahirkan ramai golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang
falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, perubatan, dan
sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan
Islam ialah mereka tidak sekadar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang
muda, malah dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara
serentak. .Ilmuan tersebut banyak melahirkan
karya-karya besar yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia hingga sekarang.
Terkhusus dalam bidang
mekanisme penglihatan pada manusia yang menjadi dasar teori optik modern saat
ini. Tak banyak yang mengetahui bahwa yang pertama kali menjelaskan tentang hal
itu adalah seorang Ilmuan Muslim yang berasal dari Irak bernama Al Hasan Ibn Al
Haytham dan dalam lidah orang barat sering disebut Alhazen.
Ibn Al Haytham terlahir di Basrah,
Irak sekitar tahaun 965 M/354 H. Di masa hidupnya beliau tercatat ahli fisika
pertama dari kalangan muslim. Ibn al-Haytham memberikan kontribusi signifikan terhadap prinsip-prinsip optik, serta fisika, astronomi, matematika, oftalmologi, filsafat, persepsi visual, dan metode ilmiah. Dia juga dijuluki Ptolemaeus Secundus ("Ptolemy Kedua") atau hanya "Fisikawan" di Eropa abad pertengahan. Ibn al-Haytham menulis komentar-komentar mendalam pada karya-karya Aristoteles, Ptolemy, dan ahli matematika Euclid Yunani.
Ibn al-Haytham dibesarkan dalam
keluarga yang akrab dengan ilmu pengetahuan. Kecintaannya pada ilmu telah
membawanya berhijrah ke Mesir meneruskan pendidikan di Universitas Al-Azhar.
Di negeri Fir’aun itu beliau
melakukan penelitian mengenai aliran Sungei Nil. Selanjutnya , beliau juga
membuat mesin untuk mengatur aliran Sungai Nil yang sering banjir dan
menggenangi lahan pertanian rakyat.
Ibn al-Haytham menulis Kitab
Optika (Kitab Fi Al-Manasit) yamng memaparkan berbagai ragam fenomena cahaya
termasuk penglihatan manusia. Secara detail, beliau menjelasakan fungsi dari
berbagai bagian mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa dan menjelaskan
masing-masing begian dalam kegiatan penglihatan manusia.
“Bapak Optik Dunia” itu mampu
memecahkan rekor sebagai orang pertama yang berhasil menggambarkan secara
detail dari organ-organ penglihatan manusia.
Selain itu teori yang
dilahirkannya mampu mematahkan teori penglihatanyang sebelumnya telah diajukan
oleh ilmuan dari Yunani, Ptolemeus dan Euclid. Kedua ilmuan ini menyatakan
bahwa manusia bisa melihat karena ada cahaya yang keluar dari mata mengenai suatu objek. Ibn al-Haytham
mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah yang
memantulkan cahaya yang kemudian ditangkap oleh mata sehingga bisa dilihat.
Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan
ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta
mikroskop serta teleskop. Beliau merupakan orang pertama yang menulis dan
menemui pelbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang
ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, antaranya ialah Light
dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahaskan mengenai senja dan
lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu al-Haytham, cahaya fajar bermula
apabila mata-hari berada di garis 19 darjah di ufuk timur. Warna merah pada
senja pula akan hilang apabila mata-hari berada di garis 19 darjah ufuk barat.
Dalam kajiannya, beliau juga telah berjaya menghasilkan kedudukan cahaya
seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Yang lebih
menakjubkan ialah Ibnu al-Haytham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum
seorang saintis yang bernama Trricella mengetahui perkara itu 500 tahun
kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemui kewujudan tarikan graviti sebelum
Issaac Newton mengetahuinya.
Ibn al-Haytahm juga mencetuskan
teori lensa pembesar. Teori ini digunakan Para Ilmuan di Italia untuk membuat
kaca pembesar pertama di dunia. Selain itu teori Ibn al-Haytham mengenai jiwa
manusia sebagai rentetan perasaan yang bersambung, telah mengilhami Para Ilmuan
Barat untuk mengahasilkan tayangan gambar bergerak. Teori ini telah membawa
pada penemuan film gambar bergerak sebagaiman yang dapat kita saksikan saat
ini.
Sumbangan Ibnu Haitham
kepada ilmu sains dan falsafah amat banyak. Kerana itulah Ibnu al-Haytham
dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu
pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan sehingga ke hari
ini. Sesungguhnya barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para
sarjana Islam kerana tanpa mereka kemungkinan dunia Eropah masih diselubungi
dengan kegelapan
Karya-karya Ibn al-Haytham menjadi
rujukan penting dalam bidang penelitian sains barat. Para Ilmuan Barat
menyebutnya sebagai “ The Greatest Students Optics Of All Times” (Ilmuan
Terbesar di Bidang Optik Sepanjang Masa).(fah mie)
Sumber:
99 Ilmuan Muslim Perintis Sains Modern
wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar