Penulis : Ahmad Mansyur Suryanegara
Penerbit : Salamadani Pustaka Semesta
Tebal : 578 Hal, xxx
Ahmad Mansyur Suryanegara:
“Bila Sejarawan Mulai membisu,hilanglah kebesaran masa depan generasi bangsa”
E.F.E Douwes Dekker Danoedirjo Setiabudi:
“Jika
tidak karena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama
patriotism di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan”.
Membaca buku-buku sejarah
Indonesia khususnya dalam mata pelajaran yang diajarkan dalam
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi maka, kita akan menyaksikan sebuah
penyembunyian fakta-fakta sejarah yang seharusnya diketahui oleh
generasi muda negara Indonesia ini. hal ini semakin diperparah oleh
historiografi yang dibuat oleh orde baru dimana sejarah dibuat untuk
kepentingan kekuasaan saat itu.
Peran
ulama dan umat islam dalam pembentukan Indonesia menjadi salah satu hal
yang tertutupi. Perjuangan para santri dan ulama bersama rakyat melawan
penjajahan colonial, portugis, inggris, belanda jarang diungkap,
berbagai perayaan hari-hari besar nasional dirayakan berdasarkan atas
dasar fakta-fakta yang sebenarnya manipulatif. Hari kebangkitan
nasional tanggal 20 mei 1908 yang dirayakan setiap tahun berdasar pada
hari lahirnya boedi Utomo. Padahal boedi utama adalah organisasi kejawen
(jawa, Madura) dan pro belanda, orang-orangnya adalah pegawai belanda
dan sama sekali tidak mencita-citakan persatuan dan kemerdekaan
Indonesia juga organisasi ini sangat anti pada islam dan bahkan pernah
menghina rasulullah SAW. Sementara tahun 1905, berdiri sarikat dagang
islam yang berdiri pertama kalinya sebagai wadah perjuangan melawan
belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia. Bahasa yang digunakan bahasa
melayu dan keanggotaannya seluruh Indonesia.
Hari pendidikan nasional yang
diperingati tiap tanggal 2 mei tiap tahunnya juga adalah ketetapan yang
sangat politis dan subjektif. Hari kebangkitan nasional diperingati
berdasar atas hari lahir Ki Hajar Dewantaram pendiri taman siswa, 1922
M. padahal 10 tahun sebelumnya 1912 KH. Ahmad Dahlan telah merintis
pendirian pendidikan untuk pribumi saat itu.
Apakah ada deislamisasi sejarah
di Indonesia?. Hal inilah yang kemudian coba untuk diangkat dan
didiskusikan kembali oleh Ahmad Mansyur Suryanegara dalam bukunya API
SEJARAH. buku ini telah membuka diskursus baru dalam proses penulisan
sejarah Indonesia. Penulisan sejarah Indonesia yang sekuler dan anti
islam menjadikan Indonesia yang mayoritas islam tidak bisa belajar
tentang semangat kemerdekaan yang telah terbangun hampir seabad lalu.
Buku yang ditulis oleh sejarawan
muslim ini betul-betul merangkai dan merinci periodisasi sejarah
Indonesia secara komprehensif dan gamblang dan menunjukkan dimana posisi
dimana umat islam dalam setiap periode itu. ternyata umat islam
memiliki sumbangsih besar dan sangat nyata dalam proses kemerdekaan
Indonesia, persatuan wilayah-wilayah nusantara, penggunaan bahasa melayu
sebagai bahasa Indonesia, perkembangan pendidikan di Indonesia dsb.
Buku ini terbit dalam dua jilid,
Jilid pertama membahas dari proses masuknya islam di Indonesia hingga
peran umat islam dalam membangun kesadaran/ kebangkitan nasional. Dalam
jilid ke dua membahas dan kelanjutan perjuangan umat islam dari zaman
jepang hingga ke era reformasi paska kemerdekaan. Sebuah buku yang
sangat mencerahkan dan memperkuat semangat kepada generasi kaum muslimin
untuk kembali mengambil posisi dalam perjuangan-perjuangan selanjutnya
untuk Islam dan kemaslahatan kau muslimin.(hasbi)
http://waiting4caliph.blogspot.com/2010/11/membongkar-deislamisasi-sejarah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar