Bismillahirrahmanirrahim
Kebangkitan sesungguhnya adalah peristiwa besar terlebih jika usia kebangkitan itu telah mencapai lebih dari satu abad, jikalau kita klias balik menjelang 20 Mei pada 2 tahun yang lalu demikian banyak komponen bangsa dan bahkan tokoh nasional yang seolah tak mau ketinggalan berupaya meraih momentum kebangkitan ini dengan meng-amini Satu abad kebangkitan (“1908 – 2008″) yang berarti secara sadar mengakui bahwa Boedi Oetomo adalah tonggak kebangkitan nasional ditengah desakan pelurusan sejarah kebangkitan nasional yang seolah teri"nafi"kan.
Secara Tradisional 20 Mei terlanjur diakui sebagai hari kebangkitan nasional dan proses reproduksi atas pengakuan tersebut tetap berjalan karena mendapat legitimasi yang lebih dari pembelajaran tekstual sejarah kebangsaan selama ini.
Kecenderungan proses cetak ulang atas tradisi kebangkitan nasional ini berimplikasi pada dua hal, disatu sisi pengakuan tersebut adalah pengakuan paling populer dan semua pihak menginginkan meraih popularitas itu namun disisi yang lain seolah kita menutup rapat – rapat terhadap adanya fakta – fakta yang berbeda yang secara obyektif sesungguhnya memiliki keterkaitan erat dengan momentum kebangkitan nasional.
Secara Tradisional 20 Mei terlanjur diakui sebagai hari kebangkitan nasional dan proses reproduksi atas pengakuan tersebut tetap berjalan karena mendapat legitimasi yang lebih dari pembelajaran tekstual sejarah kebangsaan selama ini.
Kecenderungan proses cetak ulang atas tradisi kebangkitan nasional ini berimplikasi pada dua hal, disatu sisi pengakuan tersebut adalah pengakuan paling populer dan semua pihak menginginkan meraih popularitas itu namun disisi yang lain seolah kita menutup rapat – rapat terhadap adanya fakta – fakta yang berbeda yang secara obyektif sesungguhnya memiliki keterkaitan erat dengan momentum kebangkitan nasional.